Malam mendera rasa sedikit benci yang tercipta
Sadarku Tak pernah tertidur saat gelisah bersahabat
Di ahir malam ini kembali datang kesedihan
Menikam meremukan akal sehat
Membuat luka dalam relung sepi disurabaya
Tersadar langit muram oleh keputus asaan
Setitik air mata pertama yang jatuh di agustus ini
Kota ini basah dengan keluh kesahku
Subuh ini kesegaran pertama tercipta ditanah ini
Hujan membasahi kota yang sekarang menjebaku
Meski harus ku alirkan lagi sedih sedih ini
Jiwa takan lagi bergairah
Karena hilang sudah sebuah harapan untuk disana
Saat subuh ini aku teringat dengan semua
Kegagalan yang memberi belajar dan trauma
Oleh beberapa anggapan yang ada
Rabu, Agustus 13, 2008
Terjerat Gundah
Gelap memasang jerat pada kebimbangan
Langkah ragu gontai kembali pada masa lalu
Deburan ombak lemah tak mampu capai kenyataan
Pasir pantai pun gemerisik resah
Berat menelan gundah kehidupan
Terdiam dan memandang kosong renungan
Lama sudah tercipta rasa ini
Kepedulian hanya sebuah angin yang membelai sesaat
Aku ingin kembali
Di buai ribuan mimpi tentang keindahan masa depan
Tak yakin lagi apakah aku mampu melewati
Setelah beberapa cinta yang pergi
Dalam sadar ku berfikir tentang damai
Bila nanti waktu tiba semua akan selesai
Berhenti untuk nafas
Dan kembali tanah pada tanah ini
Langkah ragu gontai kembali pada masa lalu
Deburan ombak lemah tak mampu capai kenyataan
Pasir pantai pun gemerisik resah
Berat menelan gundah kehidupan
Terdiam dan memandang kosong renungan
Lama sudah tercipta rasa ini
Kepedulian hanya sebuah angin yang membelai sesaat
Aku ingin kembali
Di buai ribuan mimpi tentang keindahan masa depan
Tak yakin lagi apakah aku mampu melewati
Setelah beberapa cinta yang pergi
Dalam sadar ku berfikir tentang damai
Bila nanti waktu tiba semua akan selesai
Berhenti untuk nafas
Dan kembali tanah pada tanah ini
Sabtu, Agustus 09, 2008
Dipelukan Ibuku
Terbayang dalam pangkuan
Ditimang penuh rasa sayangnya
Itu terus teringat dalam benak
Anganku selalu membawa pulang
Mengulang masa manjaku saat itu
Tidur dalam belaian bunda
Bemanja minta dongeng waktu dulu
Mengantar mimpi indah dalam lelap
Ibu aku mau pulang
Masakan masakan kesukaanku
Dan aku minta itu disuapkan
Ibu aku kangen
Aku mau melapas semua bebanku Bu
Aku mau damai dalam peluk kasih Ibu
Ibu anakmu merindukanmu
Ditimang penuh rasa sayangnya
Itu terus teringat dalam benak
Anganku selalu membawa pulang
Mengulang masa manjaku saat itu
Tidur dalam belaian bunda
Bemanja minta dongeng waktu dulu
Mengantar mimpi indah dalam lelap
Ibu aku mau pulang
Masakan masakan kesukaanku
Dan aku minta itu disuapkan
Ibu aku kangen
Aku mau melapas semua bebanku Bu
Aku mau damai dalam peluk kasih Ibu
Ibu anakmu merindukanmu
Bosan
Bangun dalam kesepian
Berjalan menuju sebuah rutinitas membosankan
Sekian kilo meter terlampaui
Menyambut delapan jam dengan sendiri
Sama siapa aku protes
Dengan siapa juga aku lewati hari ini dan yang kan datang
Liat yang lain
Mereka beraktivitas dengan penuh canda
Aku iri Aku dengki
Keadaan telah menipu
Hak dan kewajibanku tidak seimbang
Hingga mencipta rasa malu
Menerima hak tanpa ada kewajiaban yang ditunaikan
Cepat ahiri masa ini
Karena aku sudah bosan
Berjalan menuju sebuah rutinitas membosankan
Sekian kilo meter terlampaui
Menyambut delapan jam dengan sendiri
Sama siapa aku protes
Dengan siapa juga aku lewati hari ini dan yang kan datang
Liat yang lain
Mereka beraktivitas dengan penuh canda
Aku iri Aku dengki
Keadaan telah menipu
Hak dan kewajibanku tidak seimbang
Hingga mencipta rasa malu
Menerima hak tanpa ada kewajiaban yang ditunaikan
Cepat ahiri masa ini
Karena aku sudah bosan
Bunga Abadi Yang Sempurna
Berurai ombak hitam rambutnya
Merekah indah bak delima ditaman surga
Sayup hembusan nafasnya seperti seruling jiwa
Hipnotis kesempurnaan untuk mata yang mellihatnya
Warna kulit yang tak bisa diuraikan oleh rasa kagum
Suara merdumu membius malam dalam keabadian
Yang takan terang tanpa kerdipan indah bola mata
Haruskah aku mati ditebas tajam sayu tatapanmu
Tak tau lagi berapa ribu kata untuk menggambarkan semua
Jantungku bisa ribuan kali berdetak untuk menahan perasaan
Cukuplah aku berandai untuk bisa memelukmu
Karena keindahanmu cukup menyejukan
Untuk jiwa gersang yang kering oleh sayang
Semoga bunga ini di petik dewa
Dan abadi selalu mekar disurga
Untuk menebar wangi damai dalam setiap jiwa
Merekah indah bak delima ditaman surga
Sayup hembusan nafasnya seperti seruling jiwa
Hipnotis kesempurnaan untuk mata yang mellihatnya
Warna kulit yang tak bisa diuraikan oleh rasa kagum
Suara merdumu membius malam dalam keabadian
Yang takan terang tanpa kerdipan indah bola mata
Haruskah aku mati ditebas tajam sayu tatapanmu
Tak tau lagi berapa ribu kata untuk menggambarkan semua
Jantungku bisa ribuan kali berdetak untuk menahan perasaan
Cukuplah aku berandai untuk bisa memelukmu
Karena keindahanmu cukup menyejukan
Untuk jiwa gersang yang kering oleh sayang
Semoga bunga ini di petik dewa
Dan abadi selalu mekar disurga
Untuk menebar wangi damai dalam setiap jiwa
Melewati Masa Nanti
Hari baru
Masa telah berganti
Sebuah nama tak ada lagi
Rasa datang dan pergi
Kutanya diriku
Butuh apa untuk hari hariku
Ternyata aku hanya butuh tetes embun
Meski tak menghilangkan dahaga cukup untuk dinginkan emosi
Bosan sepi dan keterpurukan takan bisa mengintimidasi
Karena aku seorang petarung yang siap mati
Menikmati kesengsaraan seperti sebuah angin berhembus
Dengan senyum lebar melewati sepi yang merong rong harga diri
Walau akanku tersadar oleh tusukan sebuah ingatan duniaku yang dulu
Aku akan berhayal dan berharap disini
Bakal tercipta banyak asa yang menuntun dalam harap kepastian
Untuk maju susuri jalan yang akan mengantarku
Dalam perang besar yang menghadiahkan kemenangan
Untuk para raja yang bisa mengalahkan diri sendiri
Yang keluar sebagai jura dari hasutan nafsunya
Masa telah berganti
Sebuah nama tak ada lagi
Rasa datang dan pergi
Kutanya diriku
Butuh apa untuk hari hariku
Ternyata aku hanya butuh tetes embun
Meski tak menghilangkan dahaga cukup untuk dinginkan emosi
Bosan sepi dan keterpurukan takan bisa mengintimidasi
Karena aku seorang petarung yang siap mati
Menikmati kesengsaraan seperti sebuah angin berhembus
Dengan senyum lebar melewati sepi yang merong rong harga diri
Walau akanku tersadar oleh tusukan sebuah ingatan duniaku yang dulu
Aku akan berhayal dan berharap disini
Bakal tercipta banyak asa yang menuntun dalam harap kepastian
Untuk maju susuri jalan yang akan mengantarku
Dalam perang besar yang menghadiahkan kemenangan
Untuk para raja yang bisa mengalahkan diri sendiri
Yang keluar sebagai jura dari hasutan nafsunya
Kado Pahit
Terlewati tiga hari
Dari masa transisi pergantian masa terlewati
Kau pertanyakan lagi sebuah kesetiaan
Penjelasan tak pernah bisa padamkan keraguan
Memang telah banyak waktu yang kita lewati
Terlalu banyak memang salahku
Kulewatkan banyak rasa sayang
Tidak sedikit waktu memang kutak pedulikan
Memang kata maaf gak cukup menebusnya
Aku tak pernah dapatkan kesempatan membuktikan
Karna salah sudah terbayang saat ku berkalimat
Maaf kalo banyak air mata untuku
Tapi kamu harus tau kata hatiku
Untuk mengingat masa yang sudah terlewat
Selamat tinggal untuk semua yang terlewati
Mungkin suatu saat dalam situasi yang berbeda
Mulut kita masih bertegur sapa
Ku ahiri saja semua
Untuk isah ini
Karna sebuah kado pahit di hari masa baru aku lalui
Dari masa transisi pergantian masa terlewati
Kau pertanyakan lagi sebuah kesetiaan
Penjelasan tak pernah bisa padamkan keraguan
Memang telah banyak waktu yang kita lewati
Terlalu banyak memang salahku
Kulewatkan banyak rasa sayang
Tidak sedikit waktu memang kutak pedulikan
Memang kata maaf gak cukup menebusnya
Aku tak pernah dapatkan kesempatan membuktikan
Karna salah sudah terbayang saat ku berkalimat
Maaf kalo banyak air mata untuku
Tapi kamu harus tau kata hatiku
Untuk mengingat masa yang sudah terlewat
Selamat tinggal untuk semua yang terlewati
Mungkin suatu saat dalam situasi yang berbeda
Mulut kita masih bertegur sapa
Ku ahiri saja semua
Untuk isah ini
Karna sebuah kado pahit di hari masa baru aku lalui
Saat Hati Tak bersatu Karena Rasa Ragu
Terjadi adalah sebuah pasti
Hari ini terputus sudah ikatan cinta
Beda paham rasa suka yang mendera
Mencipta racun mematikan kepercayaan
Heran belum habis tertuang
Kamu selalu ada kesalahan untuku
Jarak memang sudah terlampui
Jauh ini kurasa akan mendekatkan hati
Siapa saja bisa mengucap
Pembelaan diri juga bisa kuperbuat
Untuk tuduhan bahwa keraguan itu begitu kuat
Tak bisa lagi ku berkata
Dimatamu aku ada pesakitan rasa setia
Biarlah kalo ini sudah menjadi maumu
Iklas bisa kepelajari di hari hari tanpamu
Walau sedikit harap masih bisa berucap
Untuk sebuah ruang dihati
Hari ini terputus sudah ikatan cinta
Beda paham rasa suka yang mendera
Mencipta racun mematikan kepercayaan
Heran belum habis tertuang
Kamu selalu ada kesalahan untuku
Jarak memang sudah terlampui
Jauh ini kurasa akan mendekatkan hati
Siapa saja bisa mengucap
Pembelaan diri juga bisa kuperbuat
Untuk tuduhan bahwa keraguan itu begitu kuat
Tak bisa lagi ku berkata
Dimatamu aku ada pesakitan rasa setia
Biarlah kalo ini sudah menjadi maumu
Iklas bisa kepelajari di hari hari tanpamu
Walau sedikit harap masih bisa berucap
Untuk sebuah ruang dihati
Dalam Hening Diam Diam Aku Mencintanya
Hening dalam relung
Mencipta rasa kagum tak terukur
Oleh paras sama wajah bidadari
Dalam sudut apapun sempurna
Jiwa jiwa lelah dalam penantian
Terbang untuk sebuah rasa cinta
Yang datang layaknya angin
Membeku untuk mengungkapkan
Rasa cinta ini tak mau aku dia mengerti
Tersendat anggap oleh sayangnya
Yang sudah terikat rantai rantai rantai cinta
Berharap bergandeng mesra oleh rasa takut
Mencintai untuk sebuah rasa ihlas
Biarlah Yang sudah ada menjaganya
Karna cinta bukan memisahkan
Mencipta rasa kagum tak terukur
Oleh paras sama wajah bidadari
Dalam sudut apapun sempurna
Jiwa jiwa lelah dalam penantian
Terbang untuk sebuah rasa cinta
Yang datang layaknya angin
Membeku untuk mengungkapkan
Rasa cinta ini tak mau aku dia mengerti
Tersendat anggap oleh sayangnya
Yang sudah terikat rantai rantai rantai cinta
Berharap bergandeng mesra oleh rasa takut
Mencintai untuk sebuah rasa ihlas
Biarlah Yang sudah ada menjaganya
Karna cinta bukan memisahkan
Dalam Hayal Aku Memujamu
Waktu itu aku melihatmu dalam diamku
Terlihat rona keanggunan yang selalu kubayangkan
Berbalut pesona yang sangat membius
Berselang waktu mungkin takan bisa kutatap matamu
Menyiksa kenangan bertemu dalam lamunan
Bayang wajah itu selalu mengacau rasa tak peduli
Dalam hati aku tertawa
Lamunanku kalah oleh dugaan
Karna aku yakin pasti bertemu
Saat datang memang tak berpaling
Kesempatan memuaskan mataku dengan keindahan
Sebuah mata air manis yang kurasa
Semua rasa tercampur oleh adukan kecantikan
Aku belum percaya saat itu adalah nyata
Tapi biarlah kenagan yang bercerita
Kamu ada juga bukan untuku
Tapi kumohon jangan larang aku suka sama kamu
Wanita indah yang hadir dalam dilema hari hariku
Terlihat rona keanggunan yang selalu kubayangkan
Berbalut pesona yang sangat membius
Berselang waktu mungkin takan bisa kutatap matamu
Menyiksa kenangan bertemu dalam lamunan
Bayang wajah itu selalu mengacau rasa tak peduli
Dalam hati aku tertawa
Lamunanku kalah oleh dugaan
Karna aku yakin pasti bertemu
Saat datang memang tak berpaling
Kesempatan memuaskan mataku dengan keindahan
Sebuah mata air manis yang kurasa
Semua rasa tercampur oleh adukan kecantikan
Aku belum percaya saat itu adalah nyata
Tapi biarlah kenagan yang bercerita
Kamu ada juga bukan untuku
Tapi kumohon jangan larang aku suka sama kamu
Wanita indah yang hadir dalam dilema hari hariku
Ketika Inginku Bercerita
Sampai saat malam ini aku belum bisa menemukan beberapa rasa yang bisa membuat aku jatuh cinta pada tempat ini, aku tak tau apakah ini sebuah ujian kesabaran atau hanya jebakan ?, dalam kurun waktu yang lumayan lama aku hanya berdiri, diam, duduk, bebaring dan hal hal lain yang menyebabkan aku semakin bodoh dan pemalas, kadang aku ingin lari dari perangkap kebosanan yang menghantui hari hariku, sering aku berhadapan dengan keinginan yang bisa membuat jatuh di tengah anggapan beberapa orang yang memang tidak mengharapkan kedatanganku, berulang aku jatuh dan terlalu sering aku dikelilingi sepi dan bosan, saat aku hampir terseok kepercayaan untuk komit disini ada teman yang selalu yakinkan bahwa ini belum datang hari perang yang sebenernya buatku, hahahahaha aku hanya berharap sedikit karena memang tak berani berharap banyak untuk sebuah keinginan yang mungkin bisa membuat aku terperosok dalam arus sungai kebencian yang sudah tertananam, pada waktu yang sudah ditentukan aku akan terbang aku akan berlari dari semua yang membelenggu cara pikirku, tak tau doa apalagi yang musti kubaca untuk bertahan dari sepi dan bosan, suatu saat aku akan pergi tapi dengan meninggalkan sebuah prasati yang bakal sedikit membuat beberapa orang ingat bahwa aku serius dalam berdedikasi, fuck you kebosanan
Rabu, Agustus 06, 2008
Berkata kata untuk aku
Harapan saat ini adalah mengganti cara fikir yang sudah lama di hasut oleh emosi emosiku, kadang aku berfikir kapan aku bisa membuat bangga orang tuaku,duapuluh empat tahun terlampui dengan banyak hal yang sebagian hitam, aku sangat menyesal dan terlalu kudendam dengan masa lalu, Ya tuhan jadikan ini awal untuk aku memulai hidup baru, meski tidak berguna buatku paling tidak orang tua handai tolan bisa tersenyum dengan masa baruku.
Ulang Tahunku
Duapuluh empat sudah umur yang hinggap diraga
Berapa lama dan apa yang sudah terlewati masih tersimpan
Dalam hayal atapun lamunan
Detak jantungku mudah mudahan akan lama
Untuk lalui rencana mengubah hidup
Ulang tahun ini
Nanti aku berumur dua lima
Adakah yang peduli
Persetan
Selamat ulang tahun diriku
Semoga hari esok aku bisa lebih kejam
Untuk keadaan yang menghasut pikiran
Semoga panjang umur
Dan cepat lakukan perubahan
Berapa lama dan apa yang sudah terlewati masih tersimpan
Dalam hayal atapun lamunan
Detak jantungku mudah mudahan akan lama
Untuk lalui rencana mengubah hidup
Ulang tahun ini
Nanti aku berumur dua lima
Adakah yang peduli
Persetan
Selamat ulang tahun diriku
Semoga hari esok aku bisa lebih kejam
Untuk keadaan yang menghasut pikiran
Semoga panjang umur
Dan cepat lakukan perubahan
Pergantian Waktu Dan Harapanku
Beberapa masa waktu aku menunggu
Semakin banyak umur yang kulalui
Sedih
Bukan karena hari ini
Tapi belum satupun hal yang bisa kubuat
Anganku melambung
Mencipta angan akan masa depan
Nanti setelah lewat tengah malam waktu berganti
Umurku sudah seperempat abad
Tuhan beri kesempatan aku merubah keadaan
Akan kumulai dengan bait terindah
Seolah aku adalah pujangga untuk diriku
Biarlah aku menjadi irama
Sebagai alunan hidup yang membuat orang terlena
Dan jadikanlah aku sebuah lagu yang setiap saat dinyanyikan
Meski itu sebuah hayal
Doaku akan terus berkumandang
Hari kemarin mungkin sangat indah
Tapi aku mau hari ini dan esok akan berubah
Untuk diriku dan sekitar
Selamat ulang tahun
Meski kata basi aku tetap ucapkan
Untuk menyemangati diriku
Semakin banyak umur yang kulalui
Sedih
Bukan karena hari ini
Tapi belum satupun hal yang bisa kubuat
Anganku melambung
Mencipta angan akan masa depan
Nanti setelah lewat tengah malam waktu berganti
Umurku sudah seperempat abad
Tuhan beri kesempatan aku merubah keadaan
Akan kumulai dengan bait terindah
Seolah aku adalah pujangga untuk diriku
Biarlah aku menjadi irama
Sebagai alunan hidup yang membuat orang terlena
Dan jadikanlah aku sebuah lagu yang setiap saat dinyanyikan
Meski itu sebuah hayal
Doaku akan terus berkumandang
Hari kemarin mungkin sangat indah
Tapi aku mau hari ini dan esok akan berubah
Untuk diriku dan sekitar
Selamat ulang tahun
Meski kata basi aku tetap ucapkan
Untuk menyemangati diriku
Langganan:
Postingan (Atom)