Saat kutatap muka merahku dicermin
Sadarku baru hinggap akan kemarahan
Tanganku terkepal keras
Inginku saat ini meludah
Tapi muka itu tak ada untuk menerimanya
Tanah ini pun kubuat mual oleh kebencian
Kurobek langit saat kembali kuingat itu
Akan kutusuk ribuan kali jantungmu
Rambutmu kujambak sampai rontok dari kulit kepala
Biar aku mudah menelan otakmu yang kotor
Meski kau minta ampunan
Pedangku akan kutebaskan ke kedua tanganmu
Biar tidak semena kau menunjuk sesuatu
Setelah selesai mulai kurobek dadamu dengan tanganku
Hatimu akanku berikan pada anjing
Ingatlah kemarahanku tak gampang padam
Rabu, Mei 21, 2008
Selasa, Mei 20, 2008
Saat kepedulian Aku Acuhkan
Langkah ku tinggalkan di tempat itu
Di antar dua sahabat ke terminal Pagi
Sudah lewatlah sedikit keinginan disini
Semalam adalah perlakuan kejam sekali dalam hidup
Bayangan itu kubawa naik dalam bis yang antarkanku
Dalam tujuanku angin membawaku terlelap
Wajah AMAN yang ku ingat sangat peduli denganku
Ingin sekali aku dalam lindungan Adek Bapaku
Dalam dunia nyata ataupun mimpiku sekarang dia adalah yang mengerti
Tapi aku merasa dia terlalu bijaksana dengarkan keluh kesah ini
Kemarin dihari itu ada temanmu yang tusukan belati pada kemarahanku
Ingin sekali kupakaikan baju duri pada temanmu itu
Mau aku potong telinganya untuk hiasan dalam ruang ini
Dia mengusir dengan kata tajam di depan teman teman baruku
Jelas sekali dalam keseriusan tak suka dengan adaku
Aku merasa Aman jika ada AMAN
Dalam tidurpun aku takut kecewakan KAMU
Mungkin kuputusan untuk jauh dari AMAN adalah terbaik
Karena menjadi Keponakan lebih aman daripada jadi rekan
Mungkin aku aman dalam kedudukan saat ini
Tanpa sekitarmu sinis dengan hadirku
Aku tak ingin menoreh noda kemuka Mu
Dan aku takan lagi alirkan darah untuk kebencianku
Janganlah Kau tanggung beban masa depanku
Kalau itu pertaruhkan reputasimu
Amankan emosiku dengan pilihanku Yang mungkin saja salah
Kepedulianmu takan sia sia
Di medan perang lain aku akan bertarung
Dengan pedang yang telah kau wariskan
Hingga kucipta suasana yang iklas dalam diri
Menggapai keadaan aman untuk terus dalam Keamanan perasaan
Maafkan aku acuhkan kepedulian
Karena bakal ada kejadian yang tak terkira bila aku disana
Mungkin itu kematianku atau kematianya
Maka dari itu Biarlah langit yang aku robek
Dan cukup laut yang terkoyak oleh kemarahan
Biarlah temanmu tenang dalam kepura puraanya
Dan mencari muka untuk reputasi yang gak perlu ada
Berhati hati saja karena susah mencari jarum dalam jerami
Tak menutup kemungkinan adanya pemberontakan sepertiku
Kasian remaja yang selalu dalam tekanan
Karna imaji meraka takan pernah ada dalam situasi ketakutan
Pastikan teman temanku dalam keadaan AMAN
Oleh iblis yang penuh kepura puraan itu
Di antar dua sahabat ke terminal Pagi
Sudah lewatlah sedikit keinginan disini
Semalam adalah perlakuan kejam sekali dalam hidup
Bayangan itu kubawa naik dalam bis yang antarkanku
Dalam tujuanku angin membawaku terlelap
Wajah AMAN yang ku ingat sangat peduli denganku
Ingin sekali aku dalam lindungan Adek Bapaku
Dalam dunia nyata ataupun mimpiku sekarang dia adalah yang mengerti
Tapi aku merasa dia terlalu bijaksana dengarkan keluh kesah ini
Kemarin dihari itu ada temanmu yang tusukan belati pada kemarahanku
Ingin sekali kupakaikan baju duri pada temanmu itu
Mau aku potong telinganya untuk hiasan dalam ruang ini
Dia mengusir dengan kata tajam di depan teman teman baruku
Jelas sekali dalam keseriusan tak suka dengan adaku
Aku merasa Aman jika ada AMAN
Dalam tidurpun aku takut kecewakan KAMU
Mungkin kuputusan untuk jauh dari AMAN adalah terbaik
Karena menjadi Keponakan lebih aman daripada jadi rekan
Mungkin aku aman dalam kedudukan saat ini
Tanpa sekitarmu sinis dengan hadirku
Aku tak ingin menoreh noda kemuka Mu
Dan aku takan lagi alirkan darah untuk kebencianku
Janganlah Kau tanggung beban masa depanku
Kalau itu pertaruhkan reputasimu
Amankan emosiku dengan pilihanku Yang mungkin saja salah
Kepedulianmu takan sia sia
Di medan perang lain aku akan bertarung
Dengan pedang yang telah kau wariskan
Hingga kucipta suasana yang iklas dalam diri
Menggapai keadaan aman untuk terus dalam Keamanan perasaan
Maafkan aku acuhkan kepedulian
Karena bakal ada kejadian yang tak terkira bila aku disana
Mungkin itu kematianku atau kematianya
Maka dari itu Biarlah langit yang aku robek
Dan cukup laut yang terkoyak oleh kemarahan
Biarlah temanmu tenang dalam kepura puraanya
Dan mencari muka untuk reputasi yang gak perlu ada
Berhati hati saja karena susah mencari jarum dalam jerami
Tak menutup kemungkinan adanya pemberontakan sepertiku
Kasian remaja yang selalu dalam tekanan
Karna imaji meraka takan pernah ada dalam situasi ketakutan
Pastikan teman temanku dalam keadaan AMAN
Oleh iblis yang penuh kepura puraan itu
Senin, Mei 19, 2008
Tengah Malam Di Menanggal
Sisi ruang di atas dasar
Tempatku duduk dan tulis ini
Aku merasa ada yang beda
Malam jakarta dengan malam surabaya
Disini dingin tapi membara
Panas merajut mimpi untuk mengakiri
Ketersinggungan ini akan terus aku bawa
Apa yang terjadi tadi
Pemicu ledakan murka yang kupendam
Kesan pertama yang tak kuharap
Ingin aku jungkir balikan surabaya
Dalam pelukan kasihku
Tapi amarahlah yang menang
Karna terus bertubi dan mendera
Cukup sudah semua
Akan kubawa ini Dalam kemarahan
ingatkan pada setiap nama
Tempatku duduk dan tulis ini
Aku merasa ada yang beda
Malam jakarta dengan malam surabaya
Disini dingin tapi membara
Panas merajut mimpi untuk mengakiri
Ketersinggungan ini akan terus aku bawa
Apa yang terjadi tadi
Pemicu ledakan murka yang kupendam
Kesan pertama yang tak kuharap
Ingin aku jungkir balikan surabaya
Dalam pelukan kasihku
Tapi amarahlah yang menang
Karna terus bertubi dan mendera
Cukup sudah semua
Akan kubawa ini Dalam kemarahan
ingatkan pada setiap nama
Rembulan Diantara Menara Besi Di Surabaya
Setelah malam lewat tanpa mata terpejam
Langkah kaki sudah ditanah berbeda
Perutku tertanam ranjau
Kepalaku terikat kawat berduri
Banyak orang baru ditempat ini
Dari pagi berangkat menemui sore
Menuju yang sesuatu yang aku belum tau pasti
Banyak hal baru
Yang semua belum tentu aku suka
Dibawah menara itu akal sehatku terhasut
Hampir kuremukan muka manusia yang penuh pura
Tapi ada sedikit sadar yang buat aku sehat kembali
Badanku sakit ragaku perih
Tapi ada yang berani tusukan kata pada perasaanku
Hanya sekedar tulisan dimana ada ingatan disana
Ada satu topeng yang penuh dengan fatamorgana
Langkah kaki sudah ditanah berbeda
Perutku tertanam ranjau
Kepalaku terikat kawat berduri
Banyak orang baru ditempat ini
Dari pagi berangkat menemui sore
Menuju yang sesuatu yang aku belum tau pasti
Banyak hal baru
Yang semua belum tentu aku suka
Dibawah menara itu akal sehatku terhasut
Hampir kuremukan muka manusia yang penuh pura
Tapi ada sedikit sadar yang buat aku sehat kembali
Badanku sakit ragaku perih
Tapi ada yang berani tusukan kata pada perasaanku
Hanya sekedar tulisan dimana ada ingatan disana
Ada satu topeng yang penuh dengan fatamorgana
Berjalan Di Bebatuan Padas Yang Tajam
Dalam aliran sungai panjang ini
Bejalanku penuh keinginan menyusuri
Tanpa alas kaki Sebuah harapan
Ukiran tajam batu hujam setiap sesalku
Berjalanku terus dengan sisa ingin
Darah berceceran alirkan kesedihan
Sudah ratusan batu telah kulalui
Kini sudah sampa aiku ke batu penentuan
Merinding aku melihatnya
Tetes demi tetes telah ubah warna air jadi darah
Batu yang ini begitu tajam
Masih adakah sisa darah untuk lalui
Sampai kemata air yang bisa segarkan ingatanku
Dan basuhkan pedih selama ini
Bejalanku penuh keinginan menyusuri
Tanpa alas kaki Sebuah harapan
Ukiran tajam batu hujam setiap sesalku
Berjalanku terus dengan sisa ingin
Darah berceceran alirkan kesedihan
Sudah ratusan batu telah kulalui
Kini sudah sampa aiku ke batu penentuan
Merinding aku melihatnya
Tetes demi tetes telah ubah warna air jadi darah
Batu yang ini begitu tajam
Masih adakah sisa darah untuk lalui
Sampai kemata air yang bisa segarkan ingatanku
Dan basuhkan pedih selama ini
Empat Malam Di Ahir Keputusan Dan Salah Satu Malamnya Aku Menangis
Didera bayang semu pelupuk mataku
Terpaksa ahiri semua asa harus dimana
Dulu banyak kata dan semangat untuk membangunnya
Keputusan yang gak pernah adil buatku
Korbankan harapan beberapa orang dibawah
Pemimpin sialan yang aku temui
Korbankan hak hak yang harus di perjuangkan
Setelah malam itu di meja bertiga
Aku marah dan murka
Selalu dalih proses yang dibicarakan
Aku menangis
Aku sedih
Karna harapan yang dulu ada
Kini mati karena kepentingan dan masukan orang
Kutangisi pun takan kembali
pedangku meski harus menebas batang leherpun takan merubah
Kekecewaan yang dalam akan keputusan yang kalian kukuhkan
Terpaksa ahiri semua asa harus dimana
Dulu banyak kata dan semangat untuk membangunnya
Keputusan yang gak pernah adil buatku
Korbankan harapan beberapa orang dibawah
Pemimpin sialan yang aku temui
Korbankan hak hak yang harus di perjuangkan
Setelah malam itu di meja bertiga
Aku marah dan murka
Selalu dalih proses yang dibicarakan
Aku menangis
Aku sedih
Karna harapan yang dulu ada
Kini mati karena kepentingan dan masukan orang
Kutangisi pun takan kembali
pedangku meski harus menebas batang leherpun takan merubah
Kekecewaan yang dalam akan keputusan yang kalian kukuhkan
DALAM HAMPA KERTAJAYA
Beranjak pergi dengan matahari
Memacu langkah terseret ragu
Besi panjang menjerit yang akan mengantarku
Penuh sesak jalanku masuk
Memaksa kaki untuk enggan beristirahat
Begitu banyak orang disekitarku
Teriakan asongan tak buyarkan kesepian yang mendera
Sekililingku bergemuruh kata manusia
Tapi tak satupun aku lihat wujudnya
Malam ini aku berangkat kesurabaya
Anganku melambung gundah
Keringat yang tertetes menambah kebingungan disana
Untuk berapa jam kedepan aku harus berdiri
Sama juga seperti asaku
Tak ada tempat untuk istirahat dalam lelah
Kerta jaya
Kereta ini mungkin akan menentukan dimana aku akan berada
Jutaan tanya banyak tercipta
Angin malam sudah terlalu banyak kuhirup dai celah jendela
Kopi energen susu begitu teriakan pedagan didalam
Sekali aku melirik melihat pemandangan ini
Kuganti arah pandangku kesudut gerbong
Lelaki tua yang lelah membawa koran lusuh
Dalam hati kujawab ini adalah ranjang keterpaksaannya
Semakin larut aku dalam suara gemuruh kereta
Mimpiku diambang kesadaran
Gelap dan gemuruh membius dalam setengah sadar
Selepas subuh ingatan kembali menyapa
Surabaya kah ini ......?
Cerita ini tak aku ahiri dengan realita
Karna masih ada keraguan yang hinggap dalam dada
Hanya satu harap dalam bayangan
Surabaya akan bersahabat dan menyapa
Karena aku tak tau disini sampai berapa lama
Pagi ini aku sudah di tanah Surabaya
Dan takan pernah tau apa yang akan ku alami disini
Semoga ada pencerahan dalam kegundahanku
Meng ahiri jalan kertajaya di surabaya
Memacu langkah terseret ragu
Besi panjang menjerit yang akan mengantarku
Penuh sesak jalanku masuk
Memaksa kaki untuk enggan beristirahat
Begitu banyak orang disekitarku
Teriakan asongan tak buyarkan kesepian yang mendera
Sekililingku bergemuruh kata manusia
Tapi tak satupun aku lihat wujudnya
Malam ini aku berangkat kesurabaya
Anganku melambung gundah
Keringat yang tertetes menambah kebingungan disana
Untuk berapa jam kedepan aku harus berdiri
Sama juga seperti asaku
Tak ada tempat untuk istirahat dalam lelah
Kerta jaya
Kereta ini mungkin akan menentukan dimana aku akan berada
Jutaan tanya banyak tercipta
Angin malam sudah terlalu banyak kuhirup dai celah jendela
Kopi energen susu begitu teriakan pedagan didalam
Sekali aku melirik melihat pemandangan ini
Kuganti arah pandangku kesudut gerbong
Lelaki tua yang lelah membawa koran lusuh
Dalam hati kujawab ini adalah ranjang keterpaksaannya
Semakin larut aku dalam suara gemuruh kereta
Mimpiku diambang kesadaran
Gelap dan gemuruh membius dalam setengah sadar
Selepas subuh ingatan kembali menyapa
Surabaya kah ini ......?
Cerita ini tak aku ahiri dengan realita
Karna masih ada keraguan yang hinggap dalam dada
Hanya satu harap dalam bayangan
Surabaya akan bersahabat dan menyapa
Karena aku tak tau disini sampai berapa lama
Pagi ini aku sudah di tanah Surabaya
Dan takan pernah tau apa yang akan ku alami disini
Semoga ada pencerahan dalam kegundahanku
Meng ahiri jalan kertajaya di surabaya
Sabtu, Mei 10, 2008
Desa Tempatku Kembali
Diselatan ujung indonesia
Tempat kelahiran Calon kesatria dalam hidupnya
Dikelilingi bentangan hijau bukit tak bernama
Berpagar lautan luas di pesisirnya
Wajah hijau desaku yang sekarang pucat
Selalu ingin kubasuh dengan citaku
Angan ini akan selalu terbang kesan
Harapan ini berharap akan kematian ditanah itu
Desaku
Aku akan kembali padamu
Bermanja dengan ibu bapak
Bertegur sapa dengan teman kecil
Dan menunggu datang saat itu
Untuk tanah memintaku
Tempat kelahiran Calon kesatria dalam hidupnya
Dikelilingi bentangan hijau bukit tak bernama
Berpagar lautan luas di pesisirnya
Wajah hijau desaku yang sekarang pucat
Selalu ingin kubasuh dengan citaku
Angan ini akan selalu terbang kesan
Harapan ini berharap akan kematian ditanah itu
Desaku
Aku akan kembali padamu
Bermanja dengan ibu bapak
Bertegur sapa dengan teman kecil
Dan menunggu datang saat itu
Untuk tanah memintaku
UNTUK ANAK NEGERI
Derai tangis anak negeri ditengah lautan biru
Teriak haus dan lapar diantara susu dan pangan yang melimpah
Tanganku mengepal hatiku pilu menahan dendam
Melihat penderitaan saudaraku disegala penjuru
Hai para raja yang disana haruskah ini kau tau ?
Melihatkah kalian generasimu diracun dengan tindak pembodohan
Masihkah banyak lagi darah dan air mata yang tumpah
Hanya untuk ketidak adilan ini terus berlangsung
Demi tulang iga para saudaraku yang menonjol diantara kulitnya
Untuk air mata dan keringat duka yang diperas
Dan untuk nyawa yang tak pernah di ingat dalam angannya
Tanpa kita tau bahwa meraka adalah garis keturunan pemerdeka
Sungguh akan habis nasionalis dinegeri ini
Kalo kroni kroni pembangkang, penjilat dan pengahasut masih bercokol
Pencipta semesta kirimkan azab untuk mereka kembali mengingat
Mengingat masa depan negeri ini dan kelangsungan generasi yang dihargai
(KOKO)
Teriak haus dan lapar diantara susu dan pangan yang melimpah
Tanganku mengepal hatiku pilu menahan dendam
Melihat penderitaan saudaraku disegala penjuru
Hai para raja yang disana haruskah ini kau tau ?
Melihatkah kalian generasimu diracun dengan tindak pembodohan
Masihkah banyak lagi darah dan air mata yang tumpah
Hanya untuk ketidak adilan ini terus berlangsung
Demi tulang iga para saudaraku yang menonjol diantara kulitnya
Untuk air mata dan keringat duka yang diperas
Dan untuk nyawa yang tak pernah di ingat dalam angannya
Tanpa kita tau bahwa meraka adalah garis keturunan pemerdeka
Sungguh akan habis nasionalis dinegeri ini
Kalo kroni kroni pembangkang, penjilat dan pengahasut masih bercokol
Pencipta semesta kirimkan azab untuk mereka kembali mengingat
Mengingat masa depan negeri ini dan kelangsungan generasi yang dihargai
(KOKO)
Langganan:
Postingan (Atom)