Selasa, Maret 11, 2008
BAHASA ALAM
Semburat jingga langit dihening yang pekat
Menabur hujan dari tangis sang awan
Menambah marah debur samudra selatan
Pohon pohon mati ditanah yang basah
Menebar busuk lewat angin prahara
Menyumbat hidung perbukitan gersang
Gunung terdiam simpan misteri letusanya
Tak terdengar lagi gemuruh ombak
Karna gemericik air terjun lebih mempesona telinga dunia
Sepi selalu mereka miliki bersama
Seperti gelap yang selalu mencintai malam
Dan menjadikan rembulan sebagai penjamu terang
Bintang begitu iri dan melihat sinis
Tapi tak terbantah purnama memang begitu indah
Waktu berjalan terlalu lambat
Hingga malam berlama lama dalam kesepian
Tapi di timur ujung jagad matahari sudah tak sabar
Dikeringkanya sisa embun di daun keladi yang kurang ajar
Keringlah air mata bulan
Membuat mukanya pucat karena ditampar siang
Matahari semakin buas
Tangga tangga awan dia daki dengan berlari
Sampai menemukan tempat yang tepat dilangit
Untuk melepaskan anak panah yang panas
Sejanak aku terdiam
Aku mau mampir di tepi telaga ini
Akan kuremuk matahari dalam genggaman
Kuludahi matahari yang sembarang ucapkan sayang
Oh alamku..................
Berhentilah berbahasa padaku
Setiap hari aku rela harus memuji kalian
Untukmu kembali berteman dengan jiwaku
Permintaan maaf akan terucap untuk helai rumput yang terinjak
Jadi kubuktikan sayangku dengan menjagamu
Dan perintahkan angin terus berhembus
Biar lelahku musnah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar