Merasuk angin menampar malam
Menjamu gelap dengan lipstick tebal
Datang dengan sayup senja dijalan tak bertapak
Mencari tuan dengan langkahseribu galau
Menambah kuncup yang mekar di pinggir trotoar
Dengan senyum binal dan senjata handal
Menebar wangi jerat asmara
Mengikat nafsu tanpa terbayang dosa
Di pupuk nista untuk sebuah harga
Kian subur dengan desahan malam yang ngilu
Bekas darah menjerit mengutuk dan memaki
Untuk sisa perbuatan yang Belum tau ujungnya
Gelegak tawa puas mengantar terbang rupiah kedada
Besok anaku bisa minum susu lagi
Itu jawaban yang pernah kutanyakan padanya
Ataupun lebih sedih lagi untuk didengarnya
Gurat malam menyembur tanya
Mengapa tumbuh kembang disaat senja
Berpayung gedung tua susuri lorong panjang
Akan tumbuh setiap hari
Dijalan jalan kota yang penuh daki
Suara malam menuju tengah
Antar gegap tenggelam dalam riuh
Semakin keras yang meringis mengaduh
Malam semakin teduh
Lebih sedikit raja yang berkunjung
Binatang malam saja yang bersuara penuh tanya
Menyanyi ragu dengan situasi penuh wajah murung
Garis garis pagi sudah mengintip
Memaksa tempat untuk di sulap
Berubah bersih tanpa najis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar